Oleh Surya Mahendra Saputra
JAKARTA: Google sepertinya terus berbenah guna menemukan solusi
menutup kelemahan pola open source pada peranti berbasis sistem operasi
Android. Google membidani Bouncer sebagai aplikasi pemindai yang akan
mendeteksi pergerakan virus dan malware di Android Market.
Bouncer akan memoderasi kecerobohan aktivitas pengguna dalam
mengunduh beragam konten di Android Market. Aplikasi ini akan menandai
konten berbahaya dan menghapusnya. Google mengklaim aktivitas unduh
aplikasi berbahaya turun 40% sejak sistem pindai diberlakukan.
Aplikasi pemindai ini berbasis komputasi awan sehingga mampu
menampung ledakan aplikasi berbahaya yang berkeliaran di lingkuan
virtual. Bouncer akan berjalan secara berkala setiap aplikasi baru masuk
ke Android Market.
Terobosan Google ini merespon sejumlah riset yang terus menyudutkan
sistem operasi Android yang rentan terserang virus. Para peneliti
keamanan teknologi dari North Carolina State University pernah menemukan
bugs pada sistem proteksi sejumlah ponsel cerdas berbasis sistem
operasi Android.
Riset tersebut melakukan percobaan terhadap delapan produk handset
buatan HTC, Motorola, Samsung, dan Google. Ssistem operasi Android belum
memenuhi standarisasi keamanan yang diperlukan perangkat telepon
seluler.
Perkembangan tren teknologi menuju akses data pada tahun ini akan
menandai ancaman bagi perangkat mobile. Aktivitas peretas dan serangan
malware akan semakin marak terjadi tahun ini menyusul maraknya ponsel
cerdas murah yang tak berproteksi maksimal.
Pakar Telematika dan Keamanan Internet Institut Teknologi Bandung
Budi Rahardjo mengatakan pergeseran pilihan perangkat akses internet
dari komputer ke ponsel menandai sejumlah potensi ancaman bagi pengguna
smartphone termasuk serangan virus dan malware.
Ledakan penjualan komputer mobile dan smartphone telah menarik
perhatian sejumlah peretas dan produsen virus. Tahun ini akan ramai
serangan malware yang bertujuan mempermalukan pengguna, memanipulasi
tagihan tarif premium, hingga yang fokus pada pencurian informasi.
Sistem Operasi Android cenderung terbuka menerima aneka aplikasi
sehingga rentan terhadap serangan virus. Bahkan, Menurut Budi, pengguna
kini dapat melakukan jailbreak untuk memodifikasi dan mereduksi
keterbatasan perangkat smartphone. “Sehingga malware bisa menerobos
dengan leluasa,” jelasnya kepada Bisnis hari ini (06/02).
Executive Chairman Mastel Taufik Hasan mengakui peningkatan jumlah
pengakses internet melalui smartphone berkorelasi dengan maraknya
serangan virus . Apalagi, performa smartphone ke depan akan semakin
ideal mengakses konten internet.
“Nantinya, kita akan semakin mudah berbelanja, memesan tiket, dan
kegiatan lainnya tanpa sadar ancaman yang mengikutinya,” katanya.
Menurut Taufik, salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan
smartphone murah adalah platform sistem operasi seperti Android. Meski
begitu, Taufik menilai kelonggaran sistem keamanan tidak akan mereduksi
tingkat penjualan smartphone berbasis Android tahun ini.
International Data Corporation (IDC) menduga pasar smartphone di
Indonesia pada tahun ini mencapai 44 juta unit atau naik 18,9% ketimbang
tahun lalu. Samsung, Nokia, BlackBerry, dan iPhone tetap akan merajai
pasar ponsel pintar di Indonesia. (MSU)